Sinergi Kuat untuk Lestarikan Gandang Dewata: Ekspose FP IV dan Sosialisasi AWP 2025 Libatkan Berbagai Pihak
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan sukses menggelar kegiatan Ekspose Kegiatan Forest Programme IV (FP IV) Tahun 2024 dan Sosialisasi Annual Work Plan (AWP) Output 4 Tahun 2025 pada 30 April hingga 1 Mei 2025 di Hotel Maleo Grand & Convention, Kabupaten Mamuju.
Mamuju - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan sukses menggelar kegiatan Ekspose Kegiatan Forest Programme IV (FP IV) Tahun 2024 dan Sosialisasi Annual Work Plan (AWP) Output 4 Tahun 2025 pada 30 April hingga 1 Mei 2025 di Hotel Maleo Grand & Convention, Kabupaten Mamuju. Acara ini menjadi wadah penting untuk mengevaluasi program yang telah berjalan dan merencanakan langkah strategis pengembangan Taman Nasional Gandang Dewata (TNGD) ke depan.
Kegiatan ini dihadiri oleh beragam pemangku kepentingan, mulai dari perwakilan BBKSDA Sulsel, BPDAS Karama, Konsultan FP IV, akademisi dari Unsulbar, hingga perwakilan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, Pemerintah Kabupaten Mamuju dan Mamasa, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Mamasa Timur, praktisi anggrek, komunitas pecinta alam, serta media cetak Radar Sulbar.
Kepala Bagian Tata Usaha BBKSDA Sulsel, Dr. Fifin Nopiansyah, S.Hut., M.P., dalam sambutannya menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai sarana evaluasi dan mendapatkan masukan konstruktif demi pengelolaan TNGD yang optimal dan berkelanjutan. Beliau juga menyoroti perlunya koordinasi berkelanjutan dengan pihak donor, KfW, dalam setiap tahapan pelaksanaan program.
Sesi materi menghadirkan narasumber ahli yang memaparkan berbagai aspek pengelolaan TNGD, termasuk kaleidoskop kegiatan tahun 2024, sinergitas pengelolaan di tingkat tapak, evaluasi dan progres kegiatan tahun 2025, serta peluang ekonomi dan pengembangan keanekaragaman hayati. Diskusi interaktif yang dimoderatori oleh Muh. Nur Parentean dari Forum DAS Sulbar turut mewarnai jalannya acara.
Berbagai masukan dan aspirasi muncul dari para peserta dalam sesi diskusi. Konsultan FP IV, Dr. Adhi Rachmat Hariyadi, menekankan pentingnya prinsip ekonomi berkelanjutan, sosial dan lingkungan serta partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan program. Camat Mamasa menyoroti perlunya sinergitas yang lebih nyata dan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan program. Kepala Bappeda menyampaikan apresiasi atas upaya percepatan pengelolaan TNGD namun mempertanyakan bagaimanan progres implementasi di tingkat tapak, serta memberikan saran terkait penanaman batas kawasan yang dengan tanaman yang bernilai ekonomi dan ekologis, sosialisasi penanganan perambahan, kejelasan manfaat bagi Kelompok Masyarakat Peduli Ekosistem, serta transparansi terkait retribusi kawasan.
Penggiat budidaya Anggrek, Andarias, S.Pd., menyoroti potensi anggrek endemik Mamasa sebagai aset ekonomi berkelanjutan yang perlu dikembangkan secara lestari. Dekan Fakultas Pertanian dan Kehutanan Unsulbar menyampaikan dukungan dan komitmen dalam mendukung Program FP IV, pentingnya pelibatan semua pihak dalam pengembangan wisata anggrek, pengelolaan komoditas unggulan secara modern, serta menggali potensi aren dan kopi sebagai konsep bagian dalam Kampung Iklim. Kepala Bidang Bapperinda menyampaikan bagaimana indikator dalam pengendalian kebakaran dan penilaian ekosistem karena degradasi hutan terus terjadi di Sulbar. KPH Mamasa Barat mengusulkan peninjauan kembali kondisi alam dan pemberian pelatihan/bantuan di wilayahnya, serta solusi konflik satwa (Macaca) dan manusia. Kepala Desa Taupe menagih realisasi program sebelumnya seperti pembangunan gerbang, dan menyampaikan potensi wisata alam di wilayahnya. Camat Mamasa berharap BBKSDA dapat menggali potensi SDM lokal dan meningkatkan koordinasi dengan pemerintah desa.
Menanggapi berbagai masukan, Dr. Fifin Nopiansyah menegaskan komitmen BBKSDA untuk menindaklanjuti saran dan aspirasi yang disampaikan. Pihaknya akan melakukan sosialisasi terkait batas kawasan, Bersama dengan Konsultan KfW akan mempertimbangkan bantuan untuk Desa Lumika dan Lambanan, mendiskusikan pengembangan bisnis kopi dan pembangunan fasilitas wisata, serta mengkaji lebih lanjut potensi wisata Tangga 1000 dan konsep Anoa yang akan diintergrasikan denan kegiatan pada tahun 2025 dan perencanaan tahun 2026
Konsultan FP IV, Dr. Adhi Rachmat Hariyadi, menutup sesi diskusi dengan menyampaikan apresiasi atas partisipasi aktif seluruh pihak dan menekankan pentingnya sinergi berkelanjutan demi dampak positif program yang nyata bagi masyarakat dan kelestarian TNGD. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal yang konstruktif dalam mewujudkan pengelolaan Taman Nasional Gandang Dewata yang lebih baik dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi seluruh masyarakat di sekitarnya.

Admin FP4